Jakarta - Menjelang Pemilu 2024, para investor di Indonesia diimbau untuk lebih berhati-hati dan mempertimbangkan strategi investasi mereka. Tahun politik seringkali membawa ketidakpastian yang mempengaruhi pergerakan pasar, sehingga banyak investor yang memilih untuk berada pada posisi "wait and see".
Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto, menyarankan agar investor menghindari risiko tinggi selama periode ini. "Kewaspadaan menjadi tujuan utama dalam berinvestasi di tahun ini. Mereka biasanya akan mengambil posisi aman dan menunggu," ujarnya kepada Kontan.
Eko merekomendasikan produk investasi dengan risiko rendah seperti deposito, obligasi negara, dan emas. Produk-produk ini dianggap sebagai "safe haven" yang baik selama masa ketidakpastian politik. Ia menyarankan agar investor konservatif menempatkan 70% portofolio mereka di emas dan obligasi, serta 30% di saham dan instrumen risiko tinggi lainnya. Sementara itu, investor moderat dan agresif dapat memilih 60% di emas dan obligasi serta 40% di saham dan instrumen risiko tinggi lainnya.
"Pada dasarnya, moderat dan agresif boleh sama. Sebab, waktunya tidak lama, paling lama hanya 2 tahun," jelasnya.
Meskipun Eko belum memberikan rekomendasi spesifik sektor saham untuk tahun ini, ia menyarankan agar investor mempertimbangkan saham bluechip untuk simpanan jangka panjang.
Di sisi lain, Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), Eri Kusnadi, menyatakan bahwa pergerakan instrumen investasi di tahun politik akan dipengaruhi oleh fundamental dan berita-berita ekonomi. Menurutnya, jika tidak ada kejadian signifikan, dampaknya akan cukup moderat dan cenderung positif bagi pasar. Ia memperkirakan penurunan suku bunga di AS dan domestik pada tahun 2024, yang seharusnya memberikan kinerja yang baik bagi aset obligasi dan saham.
Eri juga menyarankan agar investor tetap disiplin dan fokus pada perencanaan keuangan masing-masing, tanpa perlu memasang strategi khusus di tahun politik.
Untuk investor konservatif, Eri merekomendasikan alokasi 50% - 75% di reksadana pasar uang dan 25% - 50% di reksadana pendapatan tetap. Sedangkan investor moderat bisa memilih 30% - 50% di reksadana pasar uang, 40% - 50% di reksadana pendapatan tetap, serta 30% - 40% di reksadana campuran dan reksadana saham. Untuk investor agresif, alokasinya bisa berupa 20% - 30% di reksadana pasar uang, 20% - 30% di reksadana pendapatan tetap, dan 40% - 60% di reksadana campuran dan reksadana saham.
Berbeda dengan Eko, Eri melihat saham-saham di sektor perbankan, telekomunikasi, dan konsumen cukup menarik untuk dipilih oleh investor di tahun 2024.
Dengan berbagai pandangan ini, investor diharapkan dapat lebih bijak dalam mengatur portofolio investasinya menjelang Pemilu 2024.
0 Comments